Foto : Rekan Abd Qadir (Waktu Ngopi)
Hari ini, kita hidup di zaman yang serba cepat. Semua hal berlomba-lomba untuk terlihat menarik di layar kaca kecil bernama smartphone. Banyak dari kita, terutama generasi muda, begitu sibuk mengejar views, likes, dan followers seakan itu satu-satunya ukuran keberhasilan. Tapi di balik euforia jadi viral itu, ada satu pertanyaan yang jarang kita pikirkan: apakah kita benar-benar bernilai?
Media sosial kini bukan sekadar ruang hiburan, tapi juga arena pencitraan. Setiap unggahan dirancang agar tampak sempurna, setiap kata disusun agar memancing reaksi. Tapi sayangnya, semakin banyak yang ingin dikenal, semakin sedikit yang benar-benar ingin berkontribusi. Banyak yang rela melakukan hal konyol demi viral, tapi enggan turun tangan ketika masyarakat membutuhkan aksi nyata.
Padahal, nilai seseorang tidak diukur dari seberapa banyak orang mengenalnya, tapi seberapa besar dampak yang ia berikan. Lihatlah para pendiri bangsa, para tokoh perubahan, bahkan aktivis kampus di masa lalu mereka tidak punya followers, tapi ide dan perjuangan mereka masih hidup sampai sekarang. Karena mereka tidak sibuk menjadi viral, mereka sibuk menjadi bermakna.
Generasi hari ini seolah terjebak dalam budaya instan recognition. Segala hal ingin cepat diakui, cepat terkenal, tapi lupa bahwa proses adalah bagian penting dari nilai diri. Kita lupa bahwa menjadi bernilai itu butuh waktu, butuh kerja keras, dan kadang harus berhadapan dengan ketidakpopuleran.
Sebagai mahasiswa, kita mestinya jadi kelompok yang paling sadar akan hal ini. Mahasiswa itu bukan hanya “intelektual kampus” tapi juga agen perubahan. Kalau kita ikut-ikutan mengejar sorotan tanpa arah, siapa lagi yang akan menjaga nilai-nilai kritis dan moral di tengah derasnya arus konten kosong?
Jadi, saat tangan kita gatal ingin membuat konten agar cepat viral, coba berhenti sejenak. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini hanya akan membuatku dikenal, atau membuatku bermanfaat? Karena di ujung semua ini, viral itu sementara tapi nilai, itu yang abadi.
Penulis : Rekan Abd Qadir (Bendahara PAC IPNU Pasean)
