Beberapa hari terakhir, publik dihebohkan oleh video yang konon memperlihatkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan bahwa guru adalah “beban negara”. Video ini cepat menyebar di media sosial, memicu komentar pedas, dan menimbulkan keresahan, terutama di kalangan guru dan orang tua. Namun, klarifikasi resmi dari Kementerian Keuangan dan Sri Mulyani sendiri menegaskan: video tersebut adalah hasil manipulasi (deepfake), dan pernyataan itu tidak pernah diucapkan.
Meski viral, hoaks ini justru membuka ruang penting untuk merenungkan persepsi kita terhadap guru. Guru bukan beban, melainkan garda terdepan dalam mencetak generasi bangsa. Mereka mengajarkan nilai, membimbing karakter, dan menyiapkan anak-anak kita untuk masa depan. Sayangnya, masih ada sebagian masyarakat yang kurang memahami kompleksitas pekerjaan guru: bukan hanya mengajar, tetapi juga menyiapkan materi, membimbing siswa, mengisi laporan, hingga mengikuti berbagai pelatihan. Beban kerja yang nyata ini sering kali tidak sebanding dengan pengakuan atau kesejahteraan yang mereka terima.
Kasus hoaks ini juga menyoroti betapa cepatnya informasi benar maupun salah dapat menyebar di era digital. Sekali berita salah viral, persepsi publik bisa terbentuk tanpa memeriksa fakta. Dalam konteks ini, literasi media menjadi kunci. Kita perlu mengedukasi diri sendiri dan masyarakat agar lebih kritis: memeriksa sumber berita, memahami konteks, dan tidak mudah terpancing reaksi emosional sebelum fakta dikonfirmasi.
Dari perspektif pendidikan, ada pelajaran penting. Hoaks yang menyasar guru bisa menimbulkan tekanan tambahan pada profesi yang sudah berat ini. Bayangkan jika guru merasa dihargai rendah atau disalahpahami masyarakat karena informasi yang salah. Dampaknya bukan hanya pada moral guru, tapi juga kualitas pendidikan yang mereka berikan.
Oleh karena itu, kita semua pemerintah, media, hingga masyarakat memiliki tanggung jawab: memastikan informasi yang beredar benar, menghargai guru, dan menekankan pentingnya pendidikan. Hoaks boleh viral, tapi kebenaran dan apresiasi terhadap guru harus lebih kuat.
Guru bukan beban, guru adalah investasi bangsa. Hoaks viral ini seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih bijak dalam bermedia sosial dan lebih menghargai profesi yang membentuk masa depan anak-anak Indonesia.
Rekanita: Ayu Andira (Sekertaris PAC IPPNU Pasean)