Ketika Gawai Menggantikan Dunia Bermain Anak


OPINI, PelajarNUPasean - Di tengah kemajuan zaman yang sangat pesat, teknologi telah menyusup ke hampir setiap aspek kehidupan manusia termasuk ke dunia anak anak. Jika dulu masa kecil identik dengan bermain petak umpet, lompat tali, atau mengumpulkan mainan favorit, kini pemandangan anak anak yang tenggelam dalam layar gawai sudah menjadi hal biasa. Bahkan, tidak sedikit balita yang lebih akrab dengan layar ponsel dibanding dengan buku gambar atau boneka.

Kondisi ini tentu tidak terjadi secara kebetulan. Orang tua masa kini menghadapi tekanan yang luar biasa baik dari sisi pekerjaan, ekonomi, hingga kurangnya waktu bersama anak karena kesibukan. Gawai pun sering dijadikan jalan pintas. Anak yang rewel diberi HP agar tenang. Anak yang sulit makan dibujuk dengan video kartun. Tidak salah, tapi jika kebiasaan ini menjadi pola utama dalam membesarkan anak, ada konsekuensi besar yang harus dihadapi.

Dampak Negatif yang Terlalu Sering Diabaikan

Kecanduan gawai pada anak-anak bukan sekadar kekhawatiran berlebihan. Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan layar berlebihan, apalagi tanpa pengawasan, bisa menyebabkan berbagai gangguan serius pada tumbuh kembang anak. Mulai dari keterlambatan bicara, gangguan tidur, kesulitan berkonsentrasi, hingga masalah perilaku seperti mudah marah, tidak sabaran, dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.

Lebih jauh lagi, anak-anak yang terlalu sering bermain HP kehilangan banyak pengalaman penting yang seharusnya mereka alami. Bermain di luar rumah, berinteraksi dengan teman sebaya, berimajinasi dengan mainan tradisional semua itu bukan sekadar hiburan, melainkan fondasi perkembangan sosial, emosional, dan motorik anak. Tanpa pengalaman tersebut, anak tumbuh dalam dunia yang sempit, serba instan, dan minim empati.

Teknologi Tidak Salah, Tapi Perlu Diatur

Tentu kita tidak bisa serta merta menyalahkan teknologi. Gawai dan internet juga menawarkan potensi besar untuk pembelajaran. Banyak aplikasi edukatif yang bisa membantu anak belajar membaca, berhitung, atau memahami dunia dengan cara yang menarik. Namun, semua itu harus digunakan secara bijak dan seimbang. Masalah muncul ketika teknologi digunakan secara berlebihan atau tanpa pendampingan.

Orang tua dan pengasuh perlu lebih sadar bahwa kontrol dan pendampingan terhadap penggunaan teknologi adalah tanggung jawab utama. Memberikan anak akses tak terbatas ke gawai tanpa mengajarkan cara menggunakannya secara sehat sama saja dengan membiarkan anak berkendara tanpa setir.

Peran Orang Tua dan Masyarakat

Solusi dari masalah ini tidak semata-mata terletak pada pembatasan waktu layar (screen time), tetapi juga pada upaya aktif untuk mengembalikan keseimbangan dalam kehidupan anak. Orang tua perlu menyediakan alternatif yang menarik, seperti mengajak anak bermain bersama, membacakan buku cerita, mengenalkan kegiatan seni, atau sekadar berjalan-jalan di taman. Anak-anak perlu diperkenalkan kembali pada dunia nyata dunia yang penuh suara burung, sentuhan rumput, dan tawa teman sebaya.

Sekolah dan lingkungan sekitar juga berperan penting. Kurikulum pendidikan anak usia dini perlu menekankan pentingnya bermain aktif, kegiatan luar ruangan, dan interaksi sosial. Di sisi lain, pemerintah dan penyedia konten digital juga harus lebih aktif membuat kebijakan dan sistem perlindungan untuk anak, termasuk filter konten dan edukasi digital bagi orang tua.

Menjaga Masa Kecil Tetap Berarti

Masa kecil adalah fase yang sangat singkat, namun fondasinya akan memengaruhi seluruh kehidupan seseorang. Jika masa ini diisi dengan layar, stimulasi instan, dan minim interaksi sosial, maka akan lahir generasi yang cerdas secara digital namun miskin empati, lemah secara fisik, dan rapuh secara emosional.

Anak-anak memang lahir di era digital, tapi bukan berarti mereka harus kehilangan masa kecil yang sehat dan bermakna. Sudah saatnya kita berhenti menjadikan teknologi sebagai “mainan utama” anak-anak. Teknologi seharusnya menjadi alat bantu, bukan pengganti dunia bermain.


Penulis: Moh Mujiburrahman Kader Aktif Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kecamatan Pasean, Sekakigus Alumni LAKMUD PAC IPNU Sugio Lamongan

Lebih baru Lebih lama
PELAJAR NU PASEAN

INSTRUKSI

نموذج الاتصال